http://habibkudus.blogspot.com

http://habibkudus.blogspot.com

Minggu, 29 November 2015

LAKI-LAKI adalah ciptaan TUHAN yg paling indah. Dia banyak MENGALAH dari umur yang sangat muda. Dia membelanjakan semua duit, untuk beli HADIAH, untuk yang dia CINTA, hanya untuk melihat dia TERSENYUM.. Dia KORBANKAN masa lajangnya hanya untuk seorang WANITA.... Dia KORBANKAN masa mudanya demi istri dan anak2nya dengan bekerja sampai malam TANPA MENGELUH. Dia bina MASA DEPAN mereka Sekeluarga dengan hutang dan membayar cicilan sampe stress.. Dia telah bersusah payah tapi masih dimarahi Isteri dan BOSS. Kehidupan Dia berakhir hanya untuk MENGALAH demi KEBAHAGIAAN orang lain Kalau dia keluar rumah, kata org dia NGELAYAP... Kalau dia tinggal dirumah, kata org dia MALAS.... Kalau dia marahi anak2, kata org dia GALAK... Kalau dia tak marah, kata Org dia laki-laki yang TAK TEGAS... Kalau dia tak bolehkan isteri bekerja, kata org dia Seorang yang MENGUNGKUNG... kalau dia bolehkan isteri bekerja, kata org dia MAKAN gaji isteri. Kalau dia dengar apa kata ibunya, kata org dia ANAK MAMI Kalau dia dengar kata isteri, kata org dia DKI (Dibawah Ketiak Istri) Kalau dia banyak MENOLONG wanita yg membutuhkan, dibilang HIDUNG BELANG... Kalau gak mau tolong wanita lain, katanya KEJAM.. Tapi di tengah terpaan segala macam tuduhan, dia tetap TEGAR.... (Never Give Up ugh..!) Dialah LAKI-LAKI.... HARGAILAH setiap LAKI-LAKI dalam hidup anda. Anda tidak akan pernah tahu apa PENGORBANAN yang sudah dilakukan buat Anda.

Jumat, 20 November 2015

Kecerdasan Bersyukur

Kecerdasan Bersyukur Nikmat dan karunia Allah yang diberikan kepada umat-Nya, termasuk kepada bangsa ini, sungguh tak terbatas dan tidak akan pernah bisa dihitung tuntas. Namun, hari demi hari, waktu demi waktu, tampaknya warga bangsa ini, termasuk para pemimpinnya, tidak kunjung cerdas dalam mensyukuri nikmat-Nya. Para pemimpin yang sudah bergelimang dengan fasilitas mewah ternyata masih mengeluh dan mengeluh. Secara psikologis, orang yang mengeluh itu pertanda sedang menderita sakit. Orang yang banyak mengeluh itu pada dasarnya terkena gangguan mental. Sebaliknya, orang yang banyak bersyukur itu pertanda sedang dalam keadaan sehat. Karena itu, bersyukur itu hanya bisa dilakukan oleh orang yang sehat rohaninya. Menurut Ibn al-Qayyim dalam kitabnya, Madarij as-Salikin, syukur itu tampak pada bibir hamba dengan mengakui dan memuji keagungan Tuhannya, dalam hatinya dengan semakin meyakini dan mencintai-Nya, dan pada anggota badannya dengan semakin tunduk, khusyuk, dan taat kepada-Nya. Cerdas bersyukur ada tiga hal. Pertama, mengakui (i’tiraf) nikmat pemberian Allah dalam hatinya. Hati yang cerdas dan ikhlas tidak akan pernah berdusta terhadap segala anugerah yang diberikan oleh-Nya. Bersyukur harus dimulai dari kesucian hati untuk mengakui sifat Allah yang Maharahman dan Rahim. Melalui pengakuan tulus ini, hamba belajar menjadi pengasih dan penyayang serta tidak menyia-nyiakan kasih sayang-Nya. Kedua, memuji Sang Pemberi Nikmat (Mun’im) dan membagi pemberian itu dalam bentuk perkataan dan pembaruan (tahdits) maupun perbuatan dan keteladanan (QS ad-Dhuha [93]: 11). Bersyukur bukan sekadar mengucapkan alhamdulillah, melainkan juga harus disertai dengan pendayagunaan kenikmatan itu sesuai dengan tujuan diberikannya nikmat itu. Ketiga, menundukkan kenikmatan (taskhir al-ni’am) untuk ketaatan, bukan untuk kemaksiatan. Diberi indera pendengaran disyukuri dengan selalu mendengarkan yang positif. Mata dimanfaatkan untuk melihat yang baik-baik. Akal dimanfaatkan untuk berpikir positif dan kreatif. Kesehatan untuk kebaikan dan kemaslahatan. Diamanati jabatan sebagai pemimpin, bisa dijalankan dengan penuh tanggung jawab dan kejujuran. Jadi, cerdas bersyukur itu membuahkan ketaatan sekaligus kenikmatan. “Melaksanakan shalat itu bersyukur, berpuasa juga bersyukur, dan melaksanakan segala kebaikan karena mengharap rida Allah adalah syukur. Syukur yang paling utama adalah memuji Sang Pemberi Nikmat.” (HR Ibnu Jarir). Cerdas bersyukur merupakan salah satu kunci kesuksesan hidup. Orang yang bersyukur pasti berusaha menjadikan kualitas hidupnya meningkat atau menjadi lebih baik. (QS Ibrahim [14]: 7). Orang yang bersyukur akan senantiasa melihat segala hal secara jernih, objektif, cerdas, dan penuh kebersyukuran sehingga hatinya tenang, tidak waswas, tidak merasa ada ancaman atau biasa-biasa saja. Jika salah satu Asma’ al-Husna itu as-syakur (Maha Bersyukur), sudah semestinya kita sebagai hamba-Nya lebih tahu diri lagi untuk banyak bersyukur atas kemurahan dan karunia-Nya. Wallahu a’lam

Kamis, 19 November 2015

Berfikir,Inti dari keindahan hidup

Kehidupan ini terlalu indah untuk di kutuk, dan keindahan itu juga menjadi terlalu hina untuk di uangkan, apalagi jika harus menjual keindahannya hanya demi cinta, karena cinta bukan untuk diperjual belikan, melainkan untuk melengkapi keindahan hidup itu sendiri. Cinta ada dalam semua segi kehidupan. Jika cinta menjadi barang dagangan, maka sebenarnya itu bukanlah cinta, hanya sekedar kepentingan yang diselundupkan untuk mendapatkan keuntungan. Begitu sulitkah untuk mengenal apa hakikat cinta sebenarnya? Lalu apakah cinta sejati itu ada? Jika cinta sejati itu ada, lalu sampai kapan ia akan menjadi sejati? Pada kenyataannya dalam percintaan sering terjadi pertengkaran dan kecemburuan yang disebabkan ketidak percayaan dari salah satu atau kedua belah pihak? Kebenarannya, Cinta sejati tetap akan menjadi sejati selama kepentingan satu dan pihak lainnya saling terpenuhi. Jadi, apa bedanya cinta dengan bisnis? Bukankah kita ingin sama-sama mencari keuntungan dalam hal keduanya? Jika berbicara tentang keuntungan, bukankah dalam semua segi kehidupan kita memang menginginkan keuntungan? Yang berarti bahwa kehidupan ini adalah bisnis, dan juga cinta, yang memiliki konsep yang sama dan tidak bisa dipisahkan? Yah, cinta hadir untuk mengindahkan kehidupan, dan kehidupan menjadi indah jika kebutuhan kita dan lingkungan terpenuhi. Yang menjadi pembeda dalam hal ini untuk kehidupan adalah bagaimana kita saling mengerti kebutuhan satu sama lain terutama mengerti pihak lain bukan hanya diri sendiri, dan mengkomunikasikannya dengan baik. Agar semua pihak merasa senang, dan semua pihak menjadi tenang. Hakikatnya, manusia begitu lemah dalam hal bagi-membagi, ternyata begitu sulit untuk dapat mengerti dan memahami pemikiran pihak lain, yang sering kali berakibat ingin mendapatkan keuntungan sendiri, bahkan kita tidak sadar bahwa kita telah menyakiti lingkungan kita dan orang-orang terdekat, karena kita memang tidak memikirkannya, hanya memikirkan keuntungan sempit untuk diri sendiri. Jika demikian, lalu bagaimana kita berharap mendapatkan keindahan kehidupan? Sedangkan kita “ternyata” belum berfikir dan menggunakan akal dengan baik. Kata-kata klasik yang bagitu sulit di tafsirkan, “perbedaan manusia dengan makhluk lainnya adalah pada akalnya”. Seberapa hebatkah kontrol akal itu? Sehingga membuat manusia menjadi sangat mulia, tentu jika ia menggunakannya dengan baik bukan? Yah, begitulah misteri hidup. Tuhan telah terlebih dahulu merencanakan apa yang belum kita fikirkan, mungkin anak cucu dan keturunan kita yang kelak akan dapat menjawabnya secara lebih detil, yang terpenting sekarang adalah bagaimana kita dapat terus berfikir menggunakan akal tersebut dengan sebaik-baiknya, agar kehidupan menjadi lebih indah dengan kehadiran kita di muka bumi ini, karena ternyata kebahagiaan itu ada ketika kita berfikir dan menggunakan akal dengan baik. Karena berfikir merupakan inti keindahan hidup manusia. Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/djhana_iofc/berfikir-inti-dari-keindahan-hidup_5520857e8133116c7419f966